Angin Papandayan terus bertiup dengan kencang.. Wuss..wuss.. wuss… Segar namun pasti hingga menusuk tulang. Malam itu baru saja turun hujan dengan lebatnya. Temperatur saat itu sudah pasti menurun. Namun beberapa pendaki yang membangun tenda di tengah padang edelweis memilih untuk berbincang di luar tenda sambil menikmati pemandangan dan udara malam.
“Hi bintang-bintang. Apakah kalian tidak kedinginan sepertiku?“ Tanya si pendaki.
“Ya.. Aku merasakannya juga. Tapi aku sudah merasa cukup hangat melihat kalian dapat menikmatiku di tempat ini”, kata bintang-bintang.
“Mau kah kau minum hangat bersamaku dan menghangatkan diri di dalam tendaku?” Kata si pendaki.
“Tidak. Terimakasih. Cukup dengan melihat kalian bahagia ketika melihatku bercahaya, aku sudah ikut senang. Walau kadang awan menutupku hingga kalian tidak bisa melihatku. Aku tetap di sini memandang kalian. Karena aku tau kalian orang yang baik”, kata bintang-bintang.
“……..” sang pendaki hanya tersenyum dan melanjutkan obrolannya dengan pendaki lainnya.
Si pendaki sesekali melihat ke atas langit dan tersenyum pada bintang-bintang. Bintang-bintang pun kemudian membalas senyumannya. Malam ini si pendaki merasa bahagia, mungkin lebih tepatnya untuk sang bintang-bintang yang terus berkelap-kelip menghiasi langit malam. Walau bintang-bintang tidak tahu apakah si pendaki bahagia karena keberadaanya atau kebahagiaan bersama teman-teman pendakinya.
“Tak masalah buatku. Ku nikmati tawa dan senyumnya malam ini. Walau aku tahu, dia tak mungkin akan terus berada di sini”, lirih bintang-bintang.